Subhanallah, pernahkan terbayang momen luar biasa semacam ini terjadi pada kita?? Jika terbayang saja tidak, maka Imam Ahmad pernah melakukannya. Tekad ke Shan’a telah utuh bulat. Mereguk segarnya riwayat hadits dari Abdurrazzaq bin Hammam telah terpatri kuat dari dalam sanubari. Angan-angan menerawang langit. Sejak semula, niatan itu hadir dalam benaknya. Meski ke Shan’a berapapun lamanya waktu. Yahya bin Ma’in, kawan seperjuangannya, dengan semangat menyampaikan, “Abdurrazzaq ada disini. Tidak perlu ke Shan’a, cukup di Makkah kita mendengar riwayat haditsnya.” Ya, dalam kesempatan yang sama Abdurrazzaq dan dua sekawan thalabul ilmi sedang menunaikan ibadah haji. “Sejak di Baghdad aku telah berniat ke Shan’a. Aku tidak akan merubah niatku selama-lamanya”, ucap Ahmad bin Hambal. Luar biasa Imam Ahmad tetap memilih untuk menempuh perjalanan jauh menuju Shan’a. Pernahkan terbayang peristiwa luar biasa semacam ini terjadi pada diri kita? Jika terbayang saja tidak, maka Imam Ahmad pernah melakukannya. Ruang penginapan Ahmad bin Hanbal di Makkah disatroni pencuri. Seluruh barang perbekalan beliau dibawa lari. Saat si pemilik penginapan memberitahukan berita ‘buruk’ itu, tidak ada pertanyaan yang mengalir dari lisan Ahmad bin Hanbal. Ia tidak menanyakan barang perbekalannya. “Bagaimanakah dengan catatan-catatan hadits milikku??”, satu-satunya pertanyaan yang diucapkan Ahmad bin Hanbal. Harta yang paling berharga bagi beliau adalah lembaran-lembaran ilmu. Hatinya pun gembira saat si pemilik penginapan mengatakan, “Catatan-catatan hadits milikku masih tersimpan di lubang angin.” Itulah secuplik kisah yang ada di buku ini. Dari Ayunan Sampai Liang Lahat akan menghantarkan kita menuju alam ajaib. Sebuah alam yang pernah dilakukan oleh seorang pemuda ilmu dari negeri baghdad. Seorang tokoh yang pernah berucap tentang semangat thalabul ilmi “Dari semenjak mengenal tinta hingga jasad diusung di atas bahu menuju liang kubur.” Allahu Akbar, Salam Thalabul Ilmi